Bagi
kebanyakan orang, ekonomi adalah prioritas utama yang harus dipersiapkan saat
melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Namun tidak bagi pria kelahirankotaJemberini,
beliau menganggapmasalah
ekonomibukanlah yang nomorsatu. Pria
dengan pemilik nama lengkap Ahmad Mujib MT (28 tahun), melanjutkan pendidikan Strata
Satu tanpa bantuan biaya dari orang tua. Beliau
menempuh jenjangpendidikanini,
mengambil jurusan Matematika di IKIP PGRI Jember,
yang beralamatkan di Jalan Jawa nomor 2 mulaitahun2006sampai2010.
Alasan
beliau memilih IKIP dikarenakanwaktukegiatanpembelajarannya
di sorehari.
Padapagi harinya beliau harus mengajar di MTs. Al-
Misri.Bukan hanya itu kendala yang beliau hadapi, beliau memiliki kesulitan dalam
transportasi karena harus menumpang pada salah satu rekan mengajarnya. Terlebih
jika jam kuliah rekannya tidak sama, beliau harus mengayunkan sepeda dari
rumahnya di siang hari yang terik sampai Terminal
Tawangalun demi mendapatkan transportasi umum yang sejalur dengan kampus
beliau. “ dari rumah sudah ganteng sampai kampus berantakan ”, kata beliau
sambil tertawa.
Perjuangan
beliau tidak berhenti sampai disitu. Waktu OSPEK pertama beliau tidak ikut
karena telat mendaftar. Beliau ikut OSPEK dihari kedua dan beliaupun terlambat
datang. Beliau mengaku tidak mengetahui perlengkapan dan peraturan yang harus
dipenuhi saat OSPEK. Beliaupun dihukum oleh panitia OSPEK untuk menghafal 10
nama lengkap mahasiswa baru. Namun sebelum itu, beliau disuruh memperkenalkan
diri di depan mahasiswa baru lainnya. Ketika ditanya nama beliau menjawab,
“Ahmad Mujib MT”, lalu beliau ditanya lagi apa MT itu. Karena ingin mencairkan
suasana, beliau menjawab “ Mahasiswa Teladan”, seperti yang diinginkan akhirnya
semua tertawa bersama, tutur beliau.
Jam
kuliah beliau dimulai dari pukul 14.00, biasanya berakhir pukul 18.00 dan
maksimal pukul 20.00 setiap hari Senin sampai Jum’at. Beliau mengatakan bahwa
saat jam kuliah beliau selalu duduk dibangku paling depan bagaimanapun caranya,
itu beliau lakukan agar lebih dekat dengan dosen. Demi mempunyaibukureferensimata
pelajaran matematika, beliau selalu meminjam buku pada dosen untuk difotocopy.
Menurut beliau itu adalah cara
efektif untuk menghemat biaya. Beliau juga tidak sungkan untuk mengunjungi
perpustakaan.
Mengumpulkan
uang 150 ribu dari gaji mengajar perbulan untuk membayar uang semester, telah
dijadikan kewajiban oleh beliau. Selain kesulitan dalam hal transportasi,
beliau juga kesulitan dalam hal komunikasi. Beliau mengaku daapat mengoprasikan
HP saatsemester 3, dan itu sudah sangat ketinggalan jaman. Pada semester 5
beliau mendapatkan beasiswa
prestasi sebesar 5 jt. Beliau diwisuda S1 tahun 2015 dengan IPK 3,5.
Karena
ingin memperdalam ilmu Matematika, beliau mencari beasiswa S2. Salah satunya
beasiswa kuliah di Jepang, beliau mendaftar di Jakarta dan lolos pada seleksi
pertama yaitu seleksi Tes Potensi Akademik (TPA). Pada tahap kedua, beliau
mengikuti Tes Kecakapan Bahasa Inggris (TKBI)tapibeliau
gagal. Akhirnya beliau mendaftar di Universitas Jember dan lolos. Diakhir
semester, beliau mendapat tugas kuliah (RKL) untuk pergi ke Malaysia selama 3
hari. Disana beliau melakukan sharing metode pembelajaran dengan Universitas Kebangsaan
Malaysia selama 1 hari dan 2 hari lainnya digunakan untuk jalan- jalan. Bulan
ini beliau sedang mengerjakan tesis dengan penelitian di SMPN 1 Jember.
Hal
diatas dapat dijadikan pelajaran untuk kita, bahwa segalanya butuh uang tapi
uang bukan segalanya. Buktinya dengan keadaan ekonomi yang beliau jalani, beliau
masih dapat melanjutkan sekolah sampai tingkat S2 tanpa bantuan orang tua. “Intinya disetiap
ada kemauan pasti
ada jalan, ungkap beliau saat dimintai kata- kata motivasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar