JUMLAH PENGUNJUNG BLOG INI

*Di mana ujung kehidupan ini*

Hidup dengan berbagai aksesoris kehidupan membuat kita terlena. Terlena untuk menggapai hakikatnya. Kita tak ubahnya katak dalam tempurung yang hanya bisa melihat sempitnya dunia. Padahal jika kita keluar, maka kenyataannya dunia tak selebar daun sirih. Dunia ini luas, seakan kita berjalan dari ujung timur sampai ujung barat yang tak kunjung sampai. Seakan kita sudah lama memulai perjalanan tapi tak kunjung tiba. Sebenarnya di mana ujung kehidupan ini. Udara sudah banyak ku hirup, air sudah terlalu banyak ku minum. Tapi, aku masih merasa sesak dan dahaga. Di mana ketenangan batin dan air menyejukkan itu berada. Biar sesak ini berakhir dan dahaga ini menghilang. Ataukah jalan itu buntu, kemungkinan tidak. Mungkin hanya manusia saja yang kurang berusaha menemukannya. Sudah jenuhkah mata ini melihat, sudah capekkah kaki ini melangkah, tentu iya. Karenanya kita harus istirahat sejenak, bertafakur dan bertadabbur atas ayat-ayat Tuhan semesta alam. Jalan sudah mulai terbuka, tujuan sudah semakin jelas, ujung kehidupan sudah mulai tampak. Mata mulai terbuka, sesak pun sirna, dahaga entah hilang kemana. Air pun mulai berguna, tubuh pun mulai menemukan ruhnya. Kini insan mulai mengetahui hakikat penciptanya dan telah menemukan ujung kehidupanya. ( D.M.A )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar