JUMLAH PENGUNJUNG BLOG INI

*Hujan di musim kemarau*

*Hujan di musim kemarau*

Perputaran siang dan malam sebagai tanda berganti dan berlalunya waktu. Tak terasa usia semakin tua, kulit kering, nafas terengah-engah. Berjalan pun tertatih-tatih. Hanya tongkat kecil sebagai sahabat karibnya. Tanpanya ia sulit melangkahkan kaki. Dengannya ia sampaikan seribu satu macam curahan hati. Saat pagi ia duduk termenung menanti tambatan hati, belahan jiwa, bagian raga. Sudah sekian lama tetesan air mata tak ada yang mengusap. Sekian lama senyum ini tak nampak di wajah. Mungkinkah engkau lupa pada pahlawan tanpa jasa. Ia tak butuh harta melimpah, rumah mewah, yang semua serba ada. Kau tau dia sedang kesepian. Kau lupa bahwa kaulah satu-satunya harapan. Di sore hari, ia baca ayat-ayat ilahi. Tak terasa tetesan air matanya mengalir deras saat ia melafalkan ayat 14 dalam surat Luqman. Mana janji masa kecilmu yang ingin membahagiakanku. Kini kau malah meninggalkanku sendiri. Aku sudah lemah nak, pulanglah. Temani aku pada detik-detik terakhirku di dunia ini. Dulu kau lahir dengan tangisanmu, aku tersenyum. Aku ingin melihat kau menangis sekali lagi di mana aku akan dikembalikan. Aku pun akan tersenyum untuk yang terakhir kalinya. (D.M.A)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar